Crazy Love Elegy Part II



Dalam fikiranku aku ingin menemuimu kembali dan ingin memberikan kebahagiaan bagi wajahmu yang tenggelam dalam pilu, Aku ingin bertemu denganmu.. namun…  apakah aku harus bertemu denganmu, orang yang sama sekali tak kukenal baik.

Aku masih selalu menjalankan aktifitas sehari-hari dengan bayangan dan suaramu yang ringan. Tak kuat dengan gangguan itu aku putuskan untuk menemuimu hari ini, aku memiliki petunjuk untuk menemuimu, 
 Namamu Mira dan kau dirawat di Rumah Sakit Jiwa Seoul, kau tau? Aku akan menemukanmu secepatnya, dan memandangmu lagi.

Salju masih turun siang ini, menumpuk bumi dengan helai putih bersihnya,  aku berjalan ringan, sambil memikirkan apa yang akan aku lakukan nanti bila aku bertemu denganmu, apakah aku akan membicarakan siapa kau, mengapa dulu menungguku di depan kantor dan memanggapku sebagai Shouta, mengapa kau begitu lemah, dan selalu menunduk, siapakah kau dulu, apakah yang membuatmuseperti itu.

Angin lembut menyambutku didepan Rumah Sakit Jiwa Seoul, akhirnya sampai juga,

Seorang perawat menyapaku sambil sibuk mengotak-atik computer yang tersaji didepannya.
“Ada yang bisa saya bantu tuan?”
“Aku mencari pasien bernama Mira, dia dirawat disini kan? Bisakah saya bertemu dengan dia?”
“Hmm… dirumah sakit ini ada 32 orang yang bernama Mira, anda bisa menyebutkan cirri-cirinya?”
“Rambutnya panjang, dia selalu menunduk kalau bicara, dia selalu bicara dengan ringan dan tenang, dan menyebut nama Shouta, ada yang seperti itu?”
“Hmm… dia sedang melalui tahap penyembuhan, kemarin ia mau kabur lagi, anda keluarganya? Aku akan antar anda keruangannya”
“terima kasih..”

Astaga, dia mau kabur lagi rupanya, apa yang membuatnya kabur? Tidak betahkah ia dirumah sakit? Padahal aku sudah melihat-lihat rumah sakit ini, kelihatannya sangat menyenangkan dan perawat maupun dokter cukup ramah menyambut tamu, atau ia ingin mencari Shouta? Atau menungguku lagi?

Tepat didepanku, aku melihatnya duduk disamping tempat tidur, aku menghampirinya, melihat rambutnya yang acak namun cantik itu, aku melihat tangannya semakin bergetar, tak tahu kekuatan apa yang mempengaruhiku, aku langsung menggenggam tangannya berharap tangannya yang dingin ini tak lagi bergetar.

“Hei,,, Mira… itu namamu…” sapaku gugup
“Baiklah akan aku tinggalkan kalian, waktu  menjenguk hanya 30 menit, aku harap anda mengerti” kata perawat yang kutemui tadi sambil berlalu menjauh
“terima kasih” kataku, entah perawat itu mendengar atau tidak.
“Hei Mira…” sapaku lagi, Mira masih terdiam, wajahnya tertunduk lesu,
“kau sudah makan Mira?... aku punya coklat,, kau mau?”
“…” wajahnya  yang sayu itu menatapku dengan seksama, lama sekali ia menatapku, ia sepertinya menikmatinya, ketika memandangku,  aku melihat jam, sepuluh menit sudah terlewatkan dengan kesunyian yang memiliki banyak arti.
“Shouta… kau datang… kau kah ini?” tiba-tiba saja tangannya yang dingin menyentuh rambut, pipiku, dan mataku, ia sepertinya sangat berharap ada sosok Shouta disini.
“Aku Cho… kita bertemu beberapa bulan yang lalu… kau masih ingat… kau menungguku…”
“tunggu… tunggu… Shouta tunggu… tunggu…” ia bergumam lirih
“Aku Cho… Cho…” hehehe aku mengajarinya untuk memanggil namaku, jangan memanggil nama Shouta yang jelas-jelas tidak ada sosok itu saat ini, dan aku tak tahu siapa dia, mengajari Mira yang sedang terganggu jiwanya akan menjadi hal yang menyenangkan bagiku, apalagi bisa memandang wajahnya.
“Shouta…” bisiknya
“Cho…” bisikku
“Shouta!... Shouta! Shouta…!” Mira berteriak sambil tersenyum lebar,
“Cho…  Cho…” bisikku…
“hmmm… “ ia kembali murung
“Cho… panggil namaku Cho… ya?”
“hmmm… Chota… Chota…”
“ah… kenapa Chota… panggil Cho…”

Berulang kali aku memperkenalkan diri,  Mira masih saja memanggil Shouta atau Chota,  tidak apa, yang terpenting aku bisa menemuinya dan memastikan keadaannya baik-baik saja. Bisa bercanda dengan Mira sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagiku, walaupun percakapan kami tidak berarah, aku tau dia senang aku bersamanya.

Aku lihat perawat itu menghampiri kami dengan sedikit muka masam.

“Maaf tuan waktu anda sudah habis, dan kalau berkunjung jangan membawa makanan dari luar, karena pasien dilarang memakan makanan dari luar, bisa merusak pengobatan yang kami lakukan. Anda paham”
“oh… iya iya… baik.. “ “Mira.. aku pulang ya… aku akan kembali lagi…”
Mira tiba-tiba menarik jaketku dan membisikkan. “Cho… Cho… terima… kasih…”.

Aku pulang dengan senyum gembira, akhirnya aku bisa bertemu dengannya, dan berhasil membuatnya mengenal namaku, tapi apa artinya semuanya ini? Ah… apa-apaan ini… sadarkah aku barusan menemui pasien rumah sakit jiwa? Dan bercanda dengannya? Atau aku sudah tertular sakit jiwa?.

Biarlah aku ikut gila, yang terpenting aku bisa bertemu Mira dan membuatnya tersenyum. Lalu siapa Shouta? Berartikah Shouta bagi Mirra…

Karya Ayuna Kusuma Copyright Januari 2011
Bersambung di Part 3 ^_^ nantikan ya...

Setiap hari Senin dan Sabtu update Part selanjutnya...  Hanya di http://eggadventure.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar