Black Love (Jung and Kim) VI



Hari ini sangat dingin, cuaca semakin buruk, taman dipenuhi salju dan danau sudah menjadi arena Skate bebas. Jung terlihat sedang menikmati turunnya salju, dia menyadari Kim berada dibelakangnya, kembali seperti biasanya melindunginya dari jauh…
“Kim.. aku tau kau mengawasiku disana…”
“Asssh… ketahuan ya..? hehee” kata Kim sambil meloncat dari pohon yang penuh dengan salju
“masih seperti biasa kim? Mengawasiku dari jauh?”
“hehehe”
“Apakah kau begitu mencintaiku.. hingga kau harus pindah apartemen.. yang sangat jauh dengan kantor mu? Lalu setiap hari memasakkanku bubur? Setiap hari memberikan spirit card untukku?.. apakah kau begitu mencintaiku? Setiap hari mengawasiku seperti kera dipohon itu? Apa kah kau begitu mencintaiku ha?”
“Ya…” bisik Kim
“Apa?”
“Ya…”bisik Kim sekali lagi
“Hmmm.. “
“… Jung.. kau tidak memakai sarung tangan?”
“oh… iya aku lupa mengambilnya”
“pakai saja punyaku, kebetulan aku membawa 2 pasang”
“ehm… terima kasih Kim..”
“ya… aku tahu kau selalu meninggalkan sarung tanganmu, makanya aku membawakan sarung tangan untukmu, kalau-kalau saja kau kedinginan”
“Terima kasih Kim, kau telah banyak memperhatikanku”
“terima kasih kembali Jung…”
“Sudah satu bulan semenjak peristiwa itu… dan kau selama ini selalu membantuku, walau kau sering kumarahi, aku juga belum meminta maaf padamu… sekarang mungkin waktunya… Kim.. kau mau memaafkan aku?”
“kau tidak salah Jung, aku memang pantas dimarahi, hehehe”
“Kim…”
“Ya…”
“Mungkin sekarang aku memahamimu, mengapa ketika itu kau tak bisa menyampaikan suratnya kepadaku, dengan keadaan dirimu yang mencintaiku seperti ini, kau tak bisa menyampaikannya khan? Kau berfikir surat itu akan melukaiku, lalu kau simpan sendiri, dan kau menjagaku, mencoba membuatku melupakannya.”
“…”
“Kim.. seandainya saja.. kau memberikan surat itu padaku.. aku akan menerimanya dengan lapang hati.. tapi rupanya tindakanmu yang salah itu.. membuat kita semakin dekat selama 6 tahun ini… dan… “
“…”
“6 tahun yang melelahkan ini berakhir juga… walaupun tak sesuai rencana.. Kim.. hei.. kau mendengarku?”
“tentu saja…”
“Lalu…”
“Lalu apa?”
“Apa yang akan kau lakukan untukku sekarang dan masa depan Kim?”
“Aku akan menjagamu, dan melindungimu…”
“Tidak bisa…”
“Ha??”
“Tidak bisa, kau tidak bisa melakukan itu kalau kau hanya Kim bagiku?”
“apa maksudmu?”
“Jadilah suamiku… lalu kau bisa melakukan semua itu…”
“Hmm”
“ada apa Kim? Kau tak mau?”
“Bukan begitu… kalau kita menikah… apakah kita masih tinggal di flat apartemen yang berbeda? Kalau kita menikah.. apakah kau mau membuatkan kimchi yang lebih enak?... kalau kita menikah… apakah kau akan mencintaiku, mencintaiku.. dan lebih mencintaiku?”
“Aku mau melakukan semua itu… kita akan pindah kemanapun kau mau, aku ingin selalu memasakkan kimchi untukmu, dan aku akan selalu mencintaimu”
“Benarkah?... aku tidak suka dengan wanita yang begitu cepat meminta untuk menikah”
“KIM!!!”
“aku hanya bercanda… heehehe…”
“Kim… “
“Ya…”
“Saljunya semakin tebal… ayo kita kedalam.. aku punya Kimchi yang enak sekali…”
“Ayo… Jung.. tunggu aku ya.. aku akan menikah denganmu”
“Tapi aku tak mau menunggumu 6 tahun seperti menunggu orang itu”
“Ah…. Kau harus menungguku 10 tahun ya…”
“Kim!!!”
“Ah kurang lama… kau harus menungguku 30 tahun lagi”
“KIMMMM!!!!”
“^_^”
Apakah yang akan terjadi selanjutnya? Tunggu kelanjutannya di edisi selanjutnya
Karya Ayuna Kusuma

Black Love (Jung and Kim) V

“Shin… siapa itu Jung?” tanya Seoyun tenang
“ehmm.. dia..?”
“iya… siapa Jung? Tidak apa Shin… jujur saja padaku… aku tak akan pernah marah pada tunanganku walau nanti ia menyakitiku”
“Seoyun.. kau baik sekali…”
“Ayo.. jelaskan siapa dia? Mengapa saat aku melihatnya, tatapannya sangat membenci ku?”
“Jung.. wanita yang baik… ia tak akan pernah membencimu..  dulu… kami berdua sempat menjalin hubungan yang sangat dekat.. dan sempat merencanakan pernikahan.. tapi lama berlalu… aku sepertinya kehilangan cinta untuknya… lalu aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan… karena apa arti sebuah pernikahan, kalau tak ada cinta didalamnya”
“lalu…”
“lalu aku memutuskan untuk pergi ke Jepang, melanjutkan kuliahku dan bekerja disana”
“kau hanya meninggalkannya, tanpa menjelaskan apa-apa padanya?”
“aku memberikan surat padanya, cukup kan untuk menjelaskan segalanya?”
“kau memberikan sendiri atau?”
“hmm… seingatku aku titipkan ke Kim, karena pada saat itu Kim ingin pergi dengan Jung ke pusat wisata Jeju”
“Shin… tak kusangka kau melakukan kesalahan besar seperti itu…”
“Ha?? Aku salah apa? Surat sudah disampaikan Kim…”
“tidak… kau tidak paham ya… Jung bicara kalau ia menunggumu selama 6 tahun.. berarti ia sama sekali tak pernah membaca surat itu.”
“Berarti…”
“Iya… aku tak menyampaikannya pada Jung… karna surat itu sangat menyakitkannya”Sergah Kim tiba-tiba
“Kim?”
“Shin.. aku kekamar ibu dulu.. ada yang ingin aku berikan kepada ibu” kata Seoyun
“oh.. ya Seoyun…” lalu melirik kearah Kim yang sibuk melepas jaketnya “Kim… kau tak memberikan surat itu pada Jung?”
“Iya.. karna itu sangat menyakitkannya” kata Kim tenang
“KIM!!! Apa yang kau lakukan HAH??” bentak Shin sambil menarik krah baju Kim
“Apa? Apa yang kau inginkan sekarang Shin?”
“Tak sadarkah kau sudah menyakiti JUNG?!! HA??? Kau tak sadar?” bentak Shin seraya melemparkan tinju ke muka Kim
“Hah… hanya itu saja yang kau lakukan… kau sudah menyakitinya, bukan aku Shin!.. kau egois, karna meninggalkannya demi keinginanmu sendiri, dengan alasan tak ada cinta lagi yang kau rasakan. ITU EGOIS SHIN!!” Kim membalas tinju ke muka kakaknya.
“Sudah.. sudah…” teriak Ibu didalam kamar, lalu Ibu keluar dari kamar, bertumpu pada bahu Seoyun, Ibu melangkah dengan pelan.
“Sudah… sudah… semuanya bersalah pada Jung… jangan saling menyalahkan… Shin.. lepaskan tanganmu dari baju Kim.. bukan begitu caranya menyelesaikan masalah… Seoyun… terima kasih ambilkan kursi itu.. aku ingin duduk”
“Baik bu…”
“Shin… kau harus bersyukur karena memiliki tunangan seperti Seoyun yang penuh rasa cinta seperti ini… tapi kau juga harusnya menyesal karena telah melukai hati Jung yang lembut itu… Jung sudah kau kecewakan.. Sekarang kau jaga Seoyun.. jangan kau kecewakan lagi seperti Jung… Kim.. aku tahu.. kau diam-diam mencintai Jung.. aku bisa memandangnya dari mata dan hatimu.. Kalian sudah lama tidak bertemu, mengapa bertengkar seperti ini hanya karena masalah yang kalian buat sendiri”
“Ibu…” shin lirih memanggil ibunya..
“Sekarang tak perlu mencari siapa yang salah… semuanya salah… sekarang yang terpenting adalah bagaimana kita memulai kehidupan kita mulai dari awal lagi…”
“Sudah bu tak ada lagi yang bisa kita bicarakan… Shin sudah mendapatkan yang ia dapatkan” Kata Kim sambil mengemas pakaian-pakaiannya.
“Kau mau kemana Kim?” Tanya ibunya
“Biarkan saja dia pergi bu.. dia sudah mengacaukan semuanya” bentak Shin dengan wajah yang memerah karena marah
“Shin.. jangan bicara seperti itu pada adikmu”
“Aku akan pindah apartemen bu, aku akan tinggal satu apartemen dengan Jung, aku akan melindunginya sebagai laki-laki, dan aku tak akan meninggalkannya demi keegoisanku.”
“KIM!!!” bentak Shin
“Ibu… aku akan menemui ibu setiap akhir minggu, Apartemen Jung lebih dekat dengan kantorku, aku akan baik-baik saja… dan aku akan menjaga Jung.. Bu.. aku sangat mencintainya..” bisik Kim pada Ibunya
“Baiklah Kim… jaga Jung.. dan cintai ia.. seperti kau mencintai ibumu ini…”
“Shin!  jangan kau kecewakan Seoyun.. awas kau kalau melakukan itu lagi pada Seoyun”
“KIM!!!” Shin ingin melamparkan tinjuannya lagi pada adiknya, namun tangan lembut Seoyun menghentikan keinginannya itu.
Kim memutuskan untuk pindah ke apartement Jung, karena ia tak mampu membiarkan Jung sendirian menanggung kesedihan yang disebabkan oleh kakaknya dan dirinya sendiri. Bagaimana dengan Jung.. apakah ia mampu menerima Kim kembali? Sebagai sahabat seperti biasa? Menolaknya karena ia sudah terlampau dilukai? Atau malah menerima Kim sebagai orang yang diam-diam ia cintai? Kita lihat saja nanti..
Karya Ayuna Kusuma
Nantikan kisah selanjutnya

Black Love (Jung and Kim) IV



“Jung!!!...” teriak Kim sambil mengejar Jung
“Jung!!! Berhenti!!! Akan kujelaskan semuanya… Jung!!!”
“Jangan ikuti aku lagi Kim!!! Jangan ikuti aku lagi!!! Kau sudah lama membuatku menderita”
“Shin yang membuatmu menderita Jung!!! Bukan Aku!!!”
“Kalian berdua yang membuatku menderita KIM!!!! Kalian  berdua!!!” Teriak Jung sambil menangis sebisa-bisanya, tubuhnya yang lemas tiba-tiba terkapar ditengah jalan raya. Dengan sigap Kim menggapai tubuhnya dan mengangkatnya. Dengan taxi Kim mengantarkan Jung ke apartemennya.
Tiga jam, Jung tak sadarkan diri, Kim dengan setia disisinya, menunggunya sadar kembali.
“hmm… “
“ah? Kau sudah sadar Jung… mau minum? Makan? Tadi aku memasakkan bubur untukmu, kau makan ya”
“tak perlu memperhatikanku. Pergi sana!”
“Jung… kau demam, sudah tiga jam kau tak sadarkan diri.. harus ada yang merawatmu…”
“tak perlu, aku tak perlu itu… Pergi Kim…”
“Jung… jangan keras kepala seperti itu…”
“KIM!!! PERGI!!!... jangan pernah berani menampakan mukamu didepanku… jangan pernah lagi…”
“Jung… aku mohon…” kata Kim lirih
“Kau dan dia sudah menghancurkan hatiku… Kau dan dia sudah membuatku menunggu begitu lama… kau dan dia sudah membuatku berharap banyak… Kau… mengapa begitu tega denganku… berbohong… denganku… mengapa waktu itu tak kau berikan surat Shin padaku? Biarkan aku membacanya… dan aku tak akan pernah menunggunya lagi…” kata Jung dalam tangis
“kau akan terluka bila membaca surat itu Jung… dan aku tak ingin kau terluka… kau harus tau itu…”
“bukan… kau menambah luka yang dia berikan… Kim.. mengapa kau melakukan ini semua… selama ini kau sudah tau penantianku padanya, hanya penantian yang sia-sia…”
“Jung…”
“Lalu surat-surat Shin untuk ibumu.. mengapa kau tidak menyampaikannya? Apa yang kau inginkan? Kau ingin kita semua melupakannya? Melupakan Shin?”
“Jung… aku tak pernah membohongi ibuku.. Shin tak pernah sekalipun mengirimkan surat padaku dan ibu…”
“Jangan berbohong lagi padaku Kim… aku tak ingin mempercayaimu lagi…”
“Jung… jangan bicara begitu padaku… aku yang selama ini melindungimu.. aku yang selama ini menghiburmu, aku yang selama ini berada dibelakangmu”
“Iya.. tapi aku tak menyuruhmu untuk melakukan hal itu…”
“Jung…”
“Tolong Kim… pergilah… aku ingin kesendirian… atau aku saja yang pergi…”
“Jung… Aku yang mencintaimu selama ini, aku yang ingin melihatmu bahagia, aku yang selalu memberikanmu senyuman, selama ini… kau harus ingat itu…”
“…”
“Aku tak ingin pergi meninggalkanmu sendiri…”
“PERGI KIM!!!”
“AKU TAK INGIN PERGI!!!”
“….”
“….”
“Kim.. apa isi surat itu? Kau masih menyimpan surat Shin untukku?”
“Sudah terbuang dengan masa lalu”
“kau memang brengsek Kim… apa sebenarnya yang kau inginkan?”
“kau salah kalau mengatakan aku orang yang brengsek, Shin yang seharusnya kau katakan seperti itu..”
“tapi…”
“Dalam suratnya Shin mengatakan kalau, ia sama sekali tak pernah mencintaimu, ia menjalani hidupnya denganmu, karena ia tak ingin merasa kesepian, dan dia tak bisa menikah denganmu, karena dia ingin memilih karirnya, dia tak ingin berhubungan denganmu, karena dia tak pernah mencintaimu…. Apakah itu surat yang tidak menyakitkan untuk dibaca Jung??? Iya?? Aku saja yang membacanya sudah merasa sakit. Apalagi kau… orang yang sangat kucintai, dan sangat mencintai dia… pasti akan lebih terluka lagi… kau faham itu?”
“…”
“sudah.. kau sudah tahu semua sekarang… ia tak pernah mencintaimu…”
“apakah salahku… hingga kalian berdua menyakitiku seperti ini…”
“hanya aku yang salah Jung… aku tak ingin menyakitimu, itu yang semakin membuatmu terluka… aku terlalu bodoh dalam hal ini…”
“Kim… Bisakah kau pergi sekarang…? Aku ingin kesendirian”
“kau yakin?”
“bisakah kau pergi sekarang?”
“baik… jaga dirimu baik-baik Jung”
“…”
Jung hanya bisa menangis sendirian di apartemen kecilnya, sedangkan Kim masih setia menunggu didepan pintu apartemen Jung, ia khawatir Jung akan melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.
Karya Ayuna Kusuma
Nantikan kelanjutannya

Black Love (Jung and Kim) III

Seperti yang dijanjikan Shin, bahwa hari ini ia akan kembali ke Seoul. Kim, Ibunya dan Jung menunggu kedatangan Shin di Incheon International Airport. Tak ada harapan yang berlebihan, kembalinya Shin sudah merupakan kebahagiaan bagi . Tak ada harapan yang berlebihan, kembalinya Shin sudah merupakan kebahagiaan bagi mereka.
“Kim.. ayo.. kita pulang saja, mungkin ia kembali berbohong pada kita lagi, ia tak akan kembali” kata Ibu Kim lirih
“tunggu saja bu.” Kim menimpali
“Kim, kau yakin… yang menelponmu kemarin lusa itu Shin? Dia mengatakan penerbangannya ke Seoul jam berapa?”
“Iya kemarin dia menelponku lagi, ia mengikuti penerbangan pukul 11 siang” Kim menjelaskan dengan wajah yang kebingungan
“ya… kita tunggu saja..” Kata Ibu sambil memainkan tangannya yang tua dimakan waktu
“Ibu ingin minum? Kubelikan teh ya…” Tanya Jung dengan penuh perhatian
“tidak Jung… terima kasih…Jung… maaf kalau Shin sudah membuatmu menunggu selama ini, ia bahkan membatalkan pernikahan kalian dengan keegoisannya…” ujar Ibu sambil tersedu-sedu.
“ibu… jangan mengungkit masalah itu didepan Jung” Kim menegaskan
“tidak apa bu.. aku sudah memaafkannya…” bisik Jung lirih
Sudah satu jam mereka menunggu kedatangan Shin, tapi yang ditunggu tidak muncul juga. Saat mereka ingin pulang dan menganggap bahwa pernyataan Shin di telepon hanya kebohongan belaka. Shin muncul didepan mereka.
“Ibu…” Shin menyapa lirih
“Shin… oh… Shin… kemana saja kau? Mengapa tidak ada kabar sampai begitu lama? Bagaimana keadaanmu nak? Kau sehat-sehat saja… kau semakin dewasa sekarang… lihatlah dirimu.. oh Shin…”
“ibu… “ kata Shin sambil terisak tangis, dipeluk ibunya yang hangat, Shin menangis sebisa-bisanya
“Aku selalu mengirimkan surat untuk Ibu dan Kim.. mengabarkan bagaimana aku disana, aku tak bisa melupakan ibu dan Kim begitu saja… hanya Ibu dan Kim yang kumiliki didunia ini…”
“Surat? Kapan kau mengirimnya? Sama sekali aku tak menerimanya…” tanya Ibu kebingungan
“Kim… Bagaimana kabarmu?” kata Shin sambil memeluk adiknya yang sudah lebih tinggi darinya
“…”Kim terdiam membisu, tak ada kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Dia menatap Shin lekat-lekat, mencoba mempercayai ia adalah Shin yang selama ini pergi meninggalkannya dan ibunya.
“Ibu… aku selalu mengirimi kalian surat setiap dua minggu sekali.. selama 6 tahun ini. apakah ibu tak pernah membacanya?” tanya Shin menggebu-gebu
“tidak pernah… tapi Shin… aku bersyukur kau akhirnya kembali ke Seoul”
“Ah??.... Jung… sedang apa kau disini…?” tanya Shin terkejut melihat Jung
“Aku menunggumu Shin… kemana saja kau? Mengapa tak mengabariku? Mengapa harus lari dariku? Mengapa Shin? Aku sudah menunggumu selama 6 tahun.. apakah aku kurang setia kepadamu?” Sambil memeluk Shin rapat-rapat
“Shin…” kata wanita dibelakang Shin dengan lirih dan rasa terkejut
“Jung… Maaf… aku sudah memberitahumu, kalau hubungan kita tak bisa diteruskan lagi, dan aku ingin berkarir, aku tidak memilih keputusan yang pertama, tapi yang kedua. tidak kah kau menerima suratku 6 tahun yang lalu?”
“surat?... surat apa?” tanya Jung dengan bingung
“Iya.. dua minggu sebelum hari itu, aku menitipkan surat untukmu kepada Kim, tidakkah kau membacanya?”
“Kim…?”tanya Jung sambil memandang benci pada Kim
“Ibu… Kim.. Jung… Mari kukenalkan dengan tunanganku Seoyun.. Seoyun… ini ibu dan adikku.. dan ini Jung temanku”
“Ibu… aku pulang dulu.. sepertinya aku tak pantas berada disini” Kata Jung dengan tegas, namun air matanya tak bisa dibendung lagi..
“Shin… tidakkah kau mengerti perasaan Jung? Ia sudah menunggumu selama 6 tahun… bisa kah kau mengerti perasaannya sedikit?” tanya ibunya lirih
“tidak apa bu… aku tidak apa… Shin.. Seoyun.. selamat atas pertunangan kalian, aku pergi dulu, Shin kau salah kalau mempercayakan Kim untuk mengantarkan penjelasan mengenai keinginanmu… Jangan pernah libatkan orang lain dalam penyelesaian masalahmu. Aku tau tak seharusnya aku mengharapkanmu” kata Jung dengan tubuh yang gemetaran
“Jung!!!” teriak Kim sambil menggapai tangan Jung yang gemetaran
“Kim… lepaskan tanganku.. jangan pernah menemuiku lagi” Jung melepaskan tangannya dari cengkraman Kim dan lari sebisanya
“Jung!!!” teriak Kim sambil berlari mengejar Jung.
“Ada apa ini bu?” tanya Shin kebingungan tak mengerti situasi yang terjadi
“Sudahlah, kita pulang dulu, ceritanya panjang Shin. Dan ini semua juga karena kesalahanmu”
“Aku salah apa bu?”
“Sudahlah… kita bahas dirumah… Seoyun.. namamu cantik seperti wajahmu… bisakah kau membantuku berjalan?”
“ah? Terima kasih bu… baik…” kata Seoyun sambil melirik Kim dan Jung yang berkejaran, lalu melirik tunangannya yang sedang kebingungan
“Shin… ada apa ini sebenarnya? Kau harus menjelaskannya padaku ya…” bisik Seoyun dengan halus pada Shin
“Aku juga tidak mengerti, kita pulang saja dulu ya” Shin
Cerita antara Jung dan Shin sudah berakhir seketika, saat mengetahui kebenaran semuanya… Ibu, Shin dan Seoyun pulang menuju rumah mereka. Sedangkan Kim dan Jung…
Karya Ayuna Kusuma
Nantikan kelanjutannya

Black Love (Jung and Kim) II



Di pusat budaya seni lukis Insa, Kim dan Jung kembali bertemu.

“Kim…!!” Teriak Jung dari pusat keramaian

“Jung…” sapa Kim

“Kim.. sedang apa disini? Kau mengikutiku?” canda Jung sambil menepuk lengan Kim

“Tentu saja, setiap akhir minggu aku mengikuti kemana kau pergi” kata Kim

“Ah… apa selalu begitu…? Hehehe” Jung

“Aku tidak sedang bercanda Jung… kau teruskan saja memilih lukisannya…” Kim

“ayo ikut denganku…” Jung

“aku menunggu disini saja” Kim

“Kim… daripada kau mengikutiku, lebih baik kita jalan bersama” Jung

“hmm.. baiklah…” Kim

Mereka berdua menikmati pemandangan lukisan, porselin, barang-barang antik, barang-barang kerajinan. Banyak sekali yang dijual disana. Dinginnya hari tak menyurutkan semangat pedagang lukisan untuk berjualan

“Kim… mengapa diam saja..?” Jung

“aku menikmati lukisan-lukisan itu..” Kim

“…”Jung

“Jung.. kau lapar tidak?” Kim

“tidak juga… kenapa memangnya? Perutmu sudah meronta-ronta ingin diisi ya? Hehehe” Jung

“disana ada penjual  Hotteok, bisa belikan untukku?” Kim

“kenapa tidak beli sendiri saja?” Jung

“aku ingin melihat-lihat lukisan ini dulu, mau tidak membantuku” Kim

“ah.. baiklah pengikutku.. aku bantu kau sekali ini saja hehehe” Jung

“…” Kim terlihat sedang menelpon seseorang dengan handphone nya,

Jung hari ini sangat bahagia karena bisa bersama dengan Kim di tempat yang sangat ia sukai, dan ia mungkin bisa melupakan orang yang sekian lama sudah meninggalkannya, dan kedudukannya mungkin bisa diganti dengan Kim, yang sangat setia disisinya.

“Kim.. ini Hotteok mu” Jung

“terima kasih Jung, Ah… ? kau tidak beli?” Kim

“tidak begitu lapar” Jung

“Jung.. kita duduk disana saja ya, sepertinya hangat” Kim

“ok” Jung

“Jung.. bila orang itu sudah kembali, apa kau masih bisa bersamaku seperti ini ya?” Kim

“tentu saja masih bisa… kenapa tidak?” Jung

“mungkin tidak Jung, karna waktumu akan tersita untuk bersamanya.. hmmm kue ini enak sekali, kau mau?”  Kim

“tidak.. Kim.. apakah kau selalu mengikutiku seperti tadi?” Jung

“Iya… aku mengikutimu setiap akhir pekan” Kim

“apa yang membuatmu ingin mengikutiku? Kalau kau ingin bertemu denganku, kau bisa menelponku, aku pun tak akan menolak bertemu denganmu. Jadi tak perlu membuntutiku seperti ini kan ?” Jung

“aku tak ingin mengatur waktumu di akhir pekan, dengan membuat janji denganmu, aku juga bukan siapa-siapamu, tapi aku ingin melindungimu dari jauh” Kim

“Kim…” Jung

“Minggu kemarin kau bersama Tarra kan?  Bermain skate? … hmmm enak sekali Jung kau tidak mau? Hampir kuhabiskan semua hehehe” Kim

“…”Jung

“kenapa diam saja Jung?” Kim

“ternyata aku mencintai orang yang salah selama ini” Jung

“Simpan kata-kata itu Jung, karena ada kabar yang membuatmu tidak akan pernah mengatakan hal itu lagi.” Kim

“kabar?” Jung

“Ya.. Shin akan kembali besok” Kim

“SHIN!!!” teriak Jung

“ah… jangan berteriak di telingaku seperti itu… iya dia akan kembali ke Seoul” Kim

“yang benar saja Kim? Kau bercanda kan?” Jung

“tidak” Kim

“lalu… dapat kabar darimana Kim?” Jung

“Shin menelponku malam tadi, ia hanya bicara ‘aku ingin kembali ke Seoul’” Kim

“tidak ada yang lain? Shin bicara mengenai aku? Menanyakanku?” Jung

“maaf tapi dia hanya berkata seperti itu saja… Selamat Jung.. orang yang kau cintai sudah datang, sudah waktunya aku berhenti melindungimu.. karena orang yang pantas melindungimu akan datang” Kim

“jangan bicara seperti itu Kim.. aku senang bila kau bisa melindungiku selamanya” Jung

“Ah…? aku tau… Jung!.. kau mulai menyukaiku ya? Atau malah cinta padaku? Iya kan?” Kim

“TIDAK!!!” Jung

“Ashh.. jangan berteriak lagi… akui saja kalau kau mulai mencintaiku” Kim

“TIDAK!!!” Jung

“Jung!! Jangan berteriak seperti itu, lihat banyak orang memandang kearah kita” Kim

“TIDAK TIDAK TIDAK… HAHAHA” Jung

“Aku senang kau bisa tertawa lepas lagi seperti dulu…” Kim

“Kim… ayo kita jalan-jalan lagi… aku ingin membelikanmu selusin  Hotteok”  Jung

“ya.. ya… aku tau kau sedang bahagia…” Kim

“^_^”Jung

Shin akan kembali dari perjalanan panjangnya, ia akan kembali ke Seoul, namun apakah ia akan kembali ke Jung yang telah menunggunya begitu lama? Apakah yang akan terjadi nanti?

Karya Ayuna Kusuma 20 January 2011

Crazy Love Elegy Part IV


Yongsan Station

Tengah malam, aku bertemu dengan Mirra, rambutnya yang acak tak berarah, tiba-tiba menjadi cantik dan dihias bunga warna-warni, wajahnya yang kosong seketika menjadi manis dengan senyum simpul. Ia terbang kesana kemari…  tangannya yang diikat oleh baju rumah sakit jiwa itu, lepas dan menggapai tanganku, diajaknya aku kelangit yang tinggi, hangat disini, tak ada salju, dan rasa kedinginan. Mirra selalu tersenyum dan mengajakku terbang, 

Lalu Mirra meninggalkan aku diawan yang lembut, ia terbang semakin tinggi, semakin tinggi hingga aku sama sekali tak melihat sosoknya, merasa kehilangan aku berteriak agar ia mau mendengarku dan kembali disisiku. 

“Mirraa!!....”

Aku terbangun tepat pukul 2 tengah malam. “Assh… mimpi apa aku ini?”

Mirra… ternyata kau membuatku semakin gila,  menunggu bertemu denganmu selama 9 jam rupanya semakin membuatku gila. Apa mungkin kata orang-orang, aku terjangkit penyakit jiwa karena pernah bertemu denganmu, ah… tidak mungkin, penyakit jiwa tidak pernah menular selama ini.

Mirra.. Sudah sebulan aku tidak menemuimu, mungkinkah kau mengenaliku sebagai Cho? Atau kau lagi-lagi memanggilku Shouta? Kira-kira siapa Shouta itu? Mirra aku harus tidur malam ini, agar besok siap menghadapi hari baru, jangan datang di mimpiku lagi ya.
                                                                                                                                                                          
***
Pagi ini semakin dingin, suhu semakin turun dari tadi malam, jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Dilemari es hanya ada bossam kimchi, menunggu bossam kimchi yang dihangatkan oven, aku beranjak mandi air hangat. 

Setelah makan dan membersihkan apartemen selesai aku berangkat.

Mirra… tunggu aku’ itulah kata hatiku saat ini. Handphone ku berdering lembut, Yung menelpon

“Cho, kau sudah berangkat? Aku tunggu di kedai Kimbab dekat stasiun ya..?” kata Yung ceria

“AH… Yung.. aku mau berangkat sekarang, tunggu ya…” jawabku

“cepat  ya Cho… “ aku bergegas berangkat ke stasiun, cuaca semakin memburuk, gelombang udara dingin melanda ke seluruh penjuru Korea menurut Badan Meteorlogi Korea Selatan, tekanan atmosfir tinggi kontinental bertiup dari Siberia dan pindah ke arah selatan dan gelombang udara dingin itu terus tersebarluaskan ke Korea baru-baru ini . Begitu kata mereka pada siaran pagi ini.

Ok, aku tetap semangat walaupun es menyebar keseluruh kota. Sampai didepan kedai kimbab yang dikatakan 
Yung, aku melihat dia, Yung, berdiri kedinginan didepan kedai,

“Yung… ayo berangkat sekarang” sapaku,

“Cho?...”

“ya?...”

“tunggu…” katanya sambil merangkul tangannya ke tanganku “begini baru benar Cho… hehehe… dingin sekali disini… tahu tidak…”

“ooo…  kenapa tidak menunggu didalam saja tadi? biar tidak kedinginan seperti ini”

“pemilik kedai menyeramkan… aku takut…” kami berjalan menyebrang jalan untuk masuk ke stasiun yang ramai penumpang

“wah… hari ini sangat ramai ya…”kata Yung sambil merapatkan genggaman tangannya

“Iya, kan hari minggu… Yung… jangan terlalu rapat… nanti mereka mengira kita sepasang kekasih…” kataku gelisah

“memangnya kenapa… ? bagus juga kan kalau kita sepasang kekasih? Hehehe” canda Yung, senyumnya yang lucu terhias diwajahnya yang membiru karena kedinginan.

“ya… untuk saat ini saja kita sepasang kekasih… hehehe”balas ku

“hmmm kalau sudah di Yongsan kau ini kekasih Mirra khan?” tanya Yung sambil masuk kereta

“mungkin…” kataku sambil melirik wajah yung, seketika menjadi sangat sebal

“ Cho….! Ah… sudah lah… terserah kau saja”

“hehe kenapa Yung…? Jangan sebal begitu, ini kan hari minggu, asal kau tau saja, yang pasti kekasihku itu orang yang manis”

“^_^” Yung hanya tersenyum mendengar pernyataanku itu, apakah mungkin ia mengira pantas sebagai kekasihku karena manis senyumnya… hehehe tidak tahu lah…

Kereta melaju dengan tenang, aku melihat pemandangan serba putih karena beberapa hari ini korea terselimuti oleh salju tebal. Pohon, rumah, gedung gedung semua berwarna putih.

“Cho lihat aku membawa apa…” kata Yung sambil menunjukkan bingkisan yang dibawanya

“Yung sudah kukatakan jangan membawa makanan dari luar, dulu aku bawa coklat saja dilarang, apalagi songpyeon selucu ini, pasti perawatnya marah, karna ia belum tentu bisa membuat selucu ini bwahaha”

“Cho… lalu ini…”

“simpan saja, nanti kita makan berdua dijalan “

“^_^… Cho… kita seperti kencan saja ya”

“terserahlah…”

“^_^” Yung kembali tersenyum, namun sepertinya senyum Yung saat ini berbeda, apa karena dia salah mengartikan kata ‘terserah’ yang ku ucapkan tadi.

“Terminal Jeonja Sangga”

Akhirnya kita sudah sampai di Yongsan, Mirra semoga aku bisa bertemu denganmu lagi…

Karya Ayuna Kusuma Copyright Januari 2011
Bersambung di Part 4 ^_^ nantikan ya...

Setiap hari Senin dan Sabtu update Part selanjutnya...  Hanya di http://eggadventure.blogspot.com

Black Love (Jung and Kim)


"Sudah lama kau menantinya, orang yang begitu kau cintai, Sudah 6 tahun orang itu tak pernah kembali, apakah kau masih begitu mengharapkannya?” Kim

“Tak perlu kau selalu menanyakan hal yang sama setiap kita bertemu, jawaban yang kuutarakan kepadamu masih sama seperti yang dulu, Aku masih setia menunggunya kembali” Jung

“Jung… kau ini seorang wanita, perlu orang yang melindungimu.. kini orang yang melindungimu pergi tak jelas kemana” Kim

“Kan ada kau, Kim.. bukankah kau sahabat yang selalu melindungiku?” Jung

“Orang yang melindungi lebih dari sahabat? Bukankah kau tidak memilikinya?” Kim

“Jangan membuatku semakin jatuh dalam kesedihan Kim” Jung

“Maaf… tapi kau tak pernah pantas sedih karna kehilangan orang seperti itu” Kim

“Kim!!... ingat dia kakakmu” Jung

“Bukan… dia orang yang egois”  Kim

“Kim… kau juga orang yang egois… setiap kau bicara padaku mengenai kakakmu, kau selalu menyuruhku melupakannya, bukankah itu juga egois Kim?” Jung

“…” Kim

“Kim, bagaimana kabar pekerjaanmu? Katanya kau dipindahkan ke Busan? Benarkah?” Jung

"Bagaimana aku mencintaimu? Bila aku sama sekali tak memiliki hak untuk mencintaimu? Bagaimana aku memilikimu? Bila aku tak tau jalan untuk menemuimu?" Kim

“Kim.. kita selalu bertemu, kau tidak ingat itu… hehehe” Jung

“Aku bertemu dengan ragamu, namun tidak hatimu…” Kim

“Kim… kapan kau dimutasi ke Busan? Kita akan bisa selalu bertemu, dan kau tak perlu khawatir lagi jauh dariku” Jung

“Jung… aku tak pernah jauh dari ragamu, justru hatimu yang sangat jauh dari hatiku” Kim

“Kim… jangan mengalihkan pembicaraan, aku tak suka itu” Jung

“Aku juga tak suka saat kau mengalihkan pembicaraanku, kita orang yang berkepribadian sama kan?” Kim

“Kim…”Jung

“Ya…” Kim

“Bagaimana kabar ibumu? Kabarnya beliau dirawat jalan?” Jung

“Ya. Karena ia tak pernah kembali  jadi ibuku selalu memikirkan kesehatannya sehingga lupa dengan diri sendiri” Kim

“Banyak orang yang kehilangan dia…” Jung

“Banyak orang yang telah berhasil dia kecawakan… harusnya kau berfikiran seperti itu” Kim

“…” Jung

“Jung…” Kim

“Ya…” Jung

“Pernahkah aku mengecewakanmu? Pernahkah aku meninggalkanmu? Pernahkah aku menolak untuk membantumu?” Kim

“Tidak..” Jung

“Lalu… menurutmu siapa yang pantas untuk kau cintai?” Kim

“Kakakmu yang pantas kucintai, karena ia tak pernah bicara seperti itu padaku, membandingkanmu dengannya didepanku” Jung

“Jung… mengapa aku tak pernah baik dihadapanmu?” Kim

“Kim.. kau orang yang terlalu baik dihadapanku, tapi bukan orang yang kucintai, kau harus bisa memahami hal itu” Jung

“Jung.. jika kau bisa melihat hatiku dan hatinya, ada cinta untukmu, kau pasti memilihku.. hehehe” Kim

“Bisa saja… heehehe… Kim… aku membawakan kimchi untukmu” Jung

“Wah… pasti enak…” Kim

“Semoga saja… kimchi ini untuk makanmu seminggu ini” Jung

“Ah? Harus dimakan sampai seminggu? Tidak.. pasti aku habiskan dalam satu malam, agar kita bisa bertemu lagi ^_^” Kim

“Kim… aku pergi dulu, jam makan siang sudah habis, kau pasti harus kembali ke pabrik kan?” Jung

“Oh.. ok… sampai jumpa besok Jung..” Kim

“Besok?” Jung

“Iya… kau harus membuatkan kimchi untukku lagi, karna malam ini akan kuhabiskan kimchimu ini” Kim

“Ah.. bisa saja… kalau ingin bertemu denganku, kau telepon aku dulu ya…” Jung

“BAIK!! Nyonya JUNG” Kim

“Hehehe… Kim…” Jung

“Ya…” Kim

“Seandainya aku bertemu denganmu lebih dulu, mungkin aku bisa mencintaimu” Jung

“…” Kim

Karya Ayuna Kusuma 20 January 2011
Nikmati kelanjutannya besok ^_^

Between The Beautiful and The Devil (end of story)


Sepulang dari menunggu Supergirl selama setahun, The Devil berjalan tanpa arah, akankah ia menjadi sosok yang dulu kala? Dengan kehidupan yang ia rusak?, atau ia mencari kehidupan lain yang bisa membuatnya bahagia?.

Ditengah perjalanan tanpa arah itu… sosok cantik menarik hati the devil, lalu…

“Perlu bantuan… ?” sapa The Devil kepada wanita yang terkapar didepannya

“ah… tidak… aku masih bisa berjalan sendiri” the beautiful

“pakaianmu lusuh, rambutmu tak rapi, bau alkohol dibadanmu sungguh menyengat sekali, lihatlah kakimu, penuh dengan lumpur… tapi wajahmu masih tetap cantik.. aku salut padamu”


“bicara apa kau ini…memujaku atau menyinggungku?” the beautiful sambil membenarkan bajunya

“tidak wanita cantik… aku menyanjungmu… maukah kau kubawa ke tempatku?” the devil

“untuk apa? Aku bukan wanita yang semurah itu ya… aku bukan seorang pemabuk” the beautiful sibuk membersihkan kotoran dibajunya

“ooouu… sayang sekali…” the devil

“Alkohol ini gara-gara pria pemabuk itu… ia memuntahkannya dibajuku” the beautiful sambil menunjuk pria yang tertidur bersandar di tembok

“jadi kau wanita penghibur?” the devil

“BUKAN!!! Jangan ganggu aku… aku ingin membersihkan semua ini PERGI!!” the beautiful

“lalu kalau kau bukan wanita penghibur, mengapa bisa sedekat itu hingga pria memuntahkan isi perutnya dibajumu” the devil

“DIA AYAHKU!!! Aku tak mau berdebat dengan orang asing lagi..” the beautiful

“Nona… aku sudah tidak ingin diusir, beberapa kali aku diusir… kau tau bagaimana perasaanku ? sakit
rasanya”  the devil

“orang asing… sudah cukup kau mencampuri urusanku dan…” the beautiful menatap garang The Devil

“hmmm… ada apa?... ada apa dengan wajahku nona?...” the devil

“…”the beautiful

“bicaralah… agar aku tau ada apa dengan wajahku”  the devil

“tidak ada yang salah… kau.. maaf tuan aku sudah bicara kasar tadi..”  the beautiful

“mengapa kata-katamu berbeda ketika sudah melihat wajahku nona? Apa karena wajahku tampan, mengesankan? Sehingga tak pantas diperlakukan seperti tadi? Atau apa karna jantungmu berdetak kencang karena melihat ketampananku? Ataukah kau langsung mencintaiku dari pandangan pertama? Hehehe bagaimana nona?” the devil

“…”the beautiful

“hei.. nona.. kau cantik… aku juga cinta pada pandangan pertama denganmu”   the devil

“orang asing… aku anggap kau ini orang asing yang sangat… sangat… banyak bicara… pergilah…” the beautiful

The beautiful pergi entah kemana, meninggalkan The Devil yang sempat mengaggumi kecantikannya, tak lama, the beautiful kembali kehadapannya.

“Hai… kau kembali padaku nona…” the devil

“Tidak seperti yang kau fikirkan… cepat minggir..” the beautiful

The Devil dengan cepat merenggut tangan wanita itu dan mencengkramnya, dipeluknya tubuh the beautiful yang ringan seperti kapas

“HAIII!!!” the beautiful

“Kau… Cantik… lihatlah mataku… “the devil

“Tidak mau!… hei.. tanganku sakit… apa yang kau inginkan orang asing!!!” the beautiful

“Lihatlah mataku sebentar saja nona… itu yang kumaui” the devil

“Sudah kulihat…” the beautiful

“Bukan… kau tidak menatap mataku, tapi rambutku..” the devil

“Sudah kulihat… tolong lepaskan.. aku tak ada urusan denganmu..” the beautiful

“lihatlah… matamu sepertinya malu menatap mataku… itu berarti kau malu untuk mengatakan aku tampan… iya kan? Hahaha” the devil

“oouww… sakit sekali…”  the beautiful

“Sudah kulepaskan tanganmu… aku hanya ingin kau menatap mataku dengan matamu yang indah itu nona, tidak yang lain…” the devil

“…” the beautiful

“Dimatamu aku tau… kau mencintaiku dipandangan pertama? Iya kan?” the devil

“esst… sakit sekali… orang asing… asal kau tau saja… cinta tak bisa secepat itu dirasakan, apalagi orang sepertimu tak pantas mendapat cinta… pemaksa…!” the beautiful

“tapi… kau tidak bisa mengatakan, cinta tak bisa secepat itu dirasakan… karna kau sudah melewati proses itu.. Nona… kau sudah mencintaiku semenjak kau menatap wajahku tadi. Akui saja… aku orang yang sangat berpengalaman dengan masalah seperti ini. Dan matamu itu… tatapannya sangat sama dengan wanitaku dulu.. sama…” the devil

“…”the beautiful

“tapi kini aku tak memiliki mata itu lagi… yang menatapku penuh kekaguman. Harapan… cinta yang tulus.. kepolosan… dan kesetiaan..  aku tak memilikinya…” the devil

“kau benar… aku sama seperti apa yang kau katakan tadi… kau puas? Bisakah kau pergi dari sini?” the beautiful

“hahahaha… jangan secepat itu menyerah pada orang sepertiku nona…” the devil

“aku sudah mengakuinya… mengapa kau tidak pergi?” the beautiful

“Aku akan pergi bila kau juga ikut denganku” the devil

“tidak mau… siapa kau ini, beraninya memaksaku, mengancamku, dan sekarang mengajakku pergi” the beautiful

“aku… adalah aku… bukan siapa-siapa” “aku melihat kehidupanmu yang penuh keterpaksaan, aku melihat keinginanmu untuk bebas dari kehidupanmu sekarang, aku melihat kau jenuh dengan orang itu, yang sering kau sebut ayah, kau ingin bebas darinya kan? Nona… aku melihat semuanya dari tatapan matamu… “the devil

“kau benar… tapi aku tak mau pergi dengan orang yang sepertimu!” the beautiful

“Aku adalah orang yang menyia-nyiakan waktu nona, dulu aku memiliki segalanya, cinta, kehidupan, harta dan keindahan, tapi… setelah aku kehilangan cinta yang tulus dari wanitaku itu… aku mulai kehilangan segalanya. Semua karena keserakahanku… bukan karna kesalahan wanitaku dulu. Aku melihatmu sangat kesepian, akupun juga begitu, sangat kesepian, bukankah kita akan menjadi pasangan yang serasi? Bila bisa bersama? Apalagi kau memiliki tatapan  mata dan isi hati yang sama dengan wanitaku dulu” the devil

“Orang asing… kalau wanitamu dulu sangat setia dan tulus padamu, mengapa kau balas dengan penghianatan… aku juga melihat ditatapan matamu dan tingkahmu, kau penuh dengan penghianatan, dan mudah sekali merayu seorang wanita, bahkan mengajak seorang wanita pergi bersamamu hanya dalam waktu 1 jam. Lalu kalau aku pergi denganmu, aku akan kau perlakukan seperti wanitamu dulu?. Tentu saja aku tak mau kau melakukan hal yang sama kepadaku.” the beautiful

“…” the devil

“kau ingin membawaku pergi? Kau sudah tahu kalau kita bersama, kita bisa saling melengkapi, tapi aku ingin menguji kesetiaanmu, hiduplah didekatku, tapi jangan pernah menyentuhku, bicara padaku, bahkan mengajakku pergi lagi. Kau hanya bisa memandangku saja, hiduplah didekatku hingga waktu yang kutentukan, bila kau mendekati wanita lain dan mengajak wanita lain pergi di kehidupanmu, maka kau bukan orang yang pantas untuk diberi kesetiaan” the beautiful

“BAIK… akan kubuktikan, kalau aku berhasil, apa yang bisa kudapatkan nona?” the devil

“kau akan mendapatkanku, kehidupanku, cintaku, kesetiaanku dan ketulusanku” the beautiful

“baik…” the devil

Selama 7 tahun The Devil hidup didekat The Beautiful, tanpa menyentuhnya, tanpa  berbicara dengannya, hanya memandanginya dan melindungi hidup The Beautiful selama ini. Satu hari dimana The Beautiful merasa pembuktian Orang asing –nya itu sudah cukup…

“Orang asing… sudah cukup pembuktian kesetiaan dan rasa cintamu bagiku, bawalah aku pergi dari sini, dan kita menjalin cinta yang indah” the beautiful

“Nona… kita sudah menjalin hubungan itu dari 7 tahun yang lalu, dalam kesunyian, keheningan, kesetiaan, dan cinta yang tersembunyi…” the devil

“…”the beautiful

“tak perlu… kita tak perlu pergi kemana saja… biarlah kita disini saja, melanjutkan hubungan kita yang sudah terungkap jelas” the devil

“orang asing… aku mencintaimu dulu… saat ini… besok… dan seterusnya…” the beautiful

“tak perlu kau jelaskan rasamu padaku, karna aku sudah memahaminya, sekarang hanya kau wanitaku saat ini dan kehidupanku yang baru…” the devil

Karya Ayuna Kusuma Januari 2011